Assalamualaikum, wahai umat Nabi Muhammad SAW.
Maksiat adalah tindakan paling tercela didalam masyarakat dan juga didalam hukum agama baik disengaja maupun tidak! Sesungguhnya maksiat itu melalui empat buah pintu. Dimana pintu tersebut dapat membuat seseorang berbuat maksiat. Dan Pintu - pintu tersebut adalah
1. Al-Lahazhat (Pandangan pertama)
Pandangan adalah asal muasal seluruh musibah yang menimpa manusia. Sebab, pandangan itu akan melahirkan lintasan di dalam benak, kemudian lintasan itu akan melahirkan berbagai macam pikiran, dan pikiran - pikiran itulah yang melairkan syahwat, dan dari syahwat itu akan menimbulkan keinginan, dan kemudian keinginan itu menjadi kuat dan berubah menjadi niat yang bulat. Akhirnya, apa yang tadinya hanya melintas dalam pikiran menjadi kenyataan dan itu pasti akan terjadi selama tidak ada yang menghalanginya. Oleh karenanya, dikatakan oleh sebagian ahli hikmah, bahwa: "Bersabar dalam menahan pandangan mata (bebannya) adalah lebih ringan dibanding harus menanggung beban penderitaan yang ditimbulkannya".
2. Al-Khatharat (Pikiran yang melintas di benak)
Adapun "Al-Khatharat" (pikiran yang melintas di benak) maka urusannya akan lebih sulit. Di sinilah tempat dimulainya aktifitas yang baik ataupun yang buruk. Dari sinilah lahirnya keinginan (untuk melakukan sesuatu) yang akhirnya berubah menjadi tekad yang bulat. Dimana pikiran ini mula - mula menjadi angan - angan namun akan berubah menjadi keinginan untuk melakukan angan tersebut.
Padahal Angan-angan adalah sesuatu yang sangat berbahaya bagi manusia. Dia lahir dari ketidakmampuan sekaligus kemalasan, dan melahirkan sikap lalai yang selanjutnya penderitaan dan penyesalan. Orang yang hanya berangan-angan disebabkan karena dia tidak berhasil mendapatkan realita yang diinginkan sebagai pelampiasannya, maka dia merubah gambaran realita yang dia inginkan itu ke dalam hatinya, dia akan mendekap dan memeluknya erat-erat. Selanjutnya dia akan merasa puas dengan gambaran-gambaran palsu yang dikhayalkan oleh pikirannya.
Padahal pikiran-pikiran serta ide-ide orang yang berakal itu tidak akan keluar dari hal-hal yang paling mulia dan paling bermanfaat, dan orientasinya hanya untuk Allah SWT dan kebahagiaan di alam akhirat nanti.
3. Al-Lafazhat (Kata-kata atau Ucapan)
Adapun tentang Al-Lafazhat (kata-kata atau ucapan), maka menjaga hal yang satu ini adalah dengan cara mencegah keluarnya ucapan yang tidak bermanfaat dan tidak bernilai dari lidah. Kita seharusnya mengetahui bahwa lidah adalah pedang yang akan membuat kita kesulitan akibat perkataan kita dan sebagai perisai yang akan menghalangi kita dari perkataan buruk. Dan lidah kita inilah yang menentukan sikap kita untuk bisa sukses atau hancur.
Sungguh mengherankan, banyak orang yang merasa mudah dalam menjaga dirinya dari makanan yang haram, perbuatan aniaya, zina, mencuri, minum-minuman keras serta melihat pada apa yang diharamkan dan lain sebagainya, namun mereka merasa kesulitan dalam mengawasi gerak lidahnya, sampai - sampai orang - orang yang dikenal punya pemahaman agama, dikenal dengan kesuhudan dan ibadahnya pun, juga masih berbicara dengan kalimat - kalimat yang dapat mengundang kemurkaan Allah SWT tanpa dia sadari, seperti berdusta, memfitnah, dan lain - lain.
Dan sungguh mengkhawatirkan, mereka yang berusta, memfinah, dan lain - lain masih saja melakukan tindakan tersebut tanpa merasa bahwa ia telah salah melakukannya. Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah memegang lidahnya dan berkata: "Inilah yang memasukkan aku ke dalam berbagai masalah". Sesungguhnya kita haruslah tahu bahwa semua yang kita ucapkan akan dicatat-Nya yang Baik, Benar, maupun yang Salah. Ingat lah wahai hamba Allah yang senantiasa memujinya bahwa yang baik belum tentu benar, sedangkan yang benar sudah pasti baik.
Dan pintu yang terakhir
4. Al-Khathawat (Langkah Nyata Untuk sebuah Perbuatan)
Adapun tentang Al-Khathawat (langkah nyata untuk sebuah perbuatan), hal ini bisa dicegah dengan komitmen seorang hamba untuk tidak menggerakkan kaki dan tangannya kecuali untuk perbuatan yang bisa diharapkan mendatangkan pahala-Nya, bila ternyata langkah kaki dan gerakan tangannya itu tidak akan menambah pahala, maka mengurungkan langkah tersebut tentu lebih baik baginya. Dan sebenarnya bisa saja seseorang memperoleh pahala dari setiap perbuatan mubah yamg dilakukannya dengan cara meniatkannya untuk Allah SWT, dengan demikian maka Insya Allah seluruh langkahnya akan bernilai ibadah. Sesungguhnya Allah menyukai yang bersih dan suci.
Pada dasarnya tidak ada yang dapat kita lakukan pada seseorang yang telah meniatkan dirinya untuk melakukan maksiat, kita hanya bisa berharap bahwa ia mengurungkan niatnya dan berfikir untuk melakukan yang lebih baik dari pada melakukan maksiat. Dan kita harus terus berharap semoga diri kita diberikan hidayah oleh-Nya dan diberikan kebaikan - kebaikan darinya. Maha benar Allah dengan segala Firmannya.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh.
Maksiat adalah tindakan paling tercela didalam masyarakat dan juga didalam hukum agama baik disengaja maupun tidak! Sesungguhnya maksiat itu melalui empat buah pintu. Dimana pintu tersebut dapat membuat seseorang berbuat maksiat. Dan Pintu - pintu tersebut adalah
1. Al-Lahazhat (Pandangan pertama)
Pandangan adalah asal muasal seluruh musibah yang menimpa manusia. Sebab, pandangan itu akan melahirkan lintasan di dalam benak, kemudian lintasan itu akan melahirkan berbagai macam pikiran, dan pikiran - pikiran itulah yang melairkan syahwat, dan dari syahwat itu akan menimbulkan keinginan, dan kemudian keinginan itu menjadi kuat dan berubah menjadi niat yang bulat. Akhirnya, apa yang tadinya hanya melintas dalam pikiran menjadi kenyataan dan itu pasti akan terjadi selama tidak ada yang menghalanginya. Oleh karenanya, dikatakan oleh sebagian ahli hikmah, bahwa: "Bersabar dalam menahan pandangan mata (bebannya) adalah lebih ringan dibanding harus menanggung beban penderitaan yang ditimbulkannya".
2. Al-Khatharat (Pikiran yang melintas di benak)
Adapun "Al-Khatharat" (pikiran yang melintas di benak) maka urusannya akan lebih sulit. Di sinilah tempat dimulainya aktifitas yang baik ataupun yang buruk. Dari sinilah lahirnya keinginan (untuk melakukan sesuatu) yang akhirnya berubah menjadi tekad yang bulat. Dimana pikiran ini mula - mula menjadi angan - angan namun akan berubah menjadi keinginan untuk melakukan angan tersebut.
Padahal Angan-angan adalah sesuatu yang sangat berbahaya bagi manusia. Dia lahir dari ketidakmampuan sekaligus kemalasan, dan melahirkan sikap lalai yang selanjutnya penderitaan dan penyesalan. Orang yang hanya berangan-angan disebabkan karena dia tidak berhasil mendapatkan realita yang diinginkan sebagai pelampiasannya, maka dia merubah gambaran realita yang dia inginkan itu ke dalam hatinya, dia akan mendekap dan memeluknya erat-erat. Selanjutnya dia akan merasa puas dengan gambaran-gambaran palsu yang dikhayalkan oleh pikirannya.
Padahal pikiran-pikiran serta ide-ide orang yang berakal itu tidak akan keluar dari hal-hal yang paling mulia dan paling bermanfaat, dan orientasinya hanya untuk Allah SWT dan kebahagiaan di alam akhirat nanti.
3. Al-Lafazhat (Kata-kata atau Ucapan)
Adapun tentang Al-Lafazhat (kata-kata atau ucapan), maka menjaga hal yang satu ini adalah dengan cara mencegah keluarnya ucapan yang tidak bermanfaat dan tidak bernilai dari lidah. Kita seharusnya mengetahui bahwa lidah adalah pedang yang akan membuat kita kesulitan akibat perkataan kita dan sebagai perisai yang akan menghalangi kita dari perkataan buruk. Dan lidah kita inilah yang menentukan sikap kita untuk bisa sukses atau hancur.
Sungguh mengherankan, banyak orang yang merasa mudah dalam menjaga dirinya dari makanan yang haram, perbuatan aniaya, zina, mencuri, minum-minuman keras serta melihat pada apa yang diharamkan dan lain sebagainya, namun mereka merasa kesulitan dalam mengawasi gerak lidahnya, sampai - sampai orang - orang yang dikenal punya pemahaman agama, dikenal dengan kesuhudan dan ibadahnya pun, juga masih berbicara dengan kalimat - kalimat yang dapat mengundang kemurkaan Allah SWT tanpa dia sadari, seperti berdusta, memfitnah, dan lain - lain.
Dan sungguh mengkhawatirkan, mereka yang berusta, memfinah, dan lain - lain masih saja melakukan tindakan tersebut tanpa merasa bahwa ia telah salah melakukannya. Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah memegang lidahnya dan berkata: "Inilah yang memasukkan aku ke dalam berbagai masalah". Sesungguhnya kita haruslah tahu bahwa semua yang kita ucapkan akan dicatat-Nya yang Baik, Benar, maupun yang Salah. Ingat lah wahai hamba Allah yang senantiasa memujinya bahwa yang baik belum tentu benar, sedangkan yang benar sudah pasti baik.
Dan pintu yang terakhir
4. Al-Khathawat (Langkah Nyata Untuk sebuah Perbuatan)
Adapun tentang Al-Khathawat (langkah nyata untuk sebuah perbuatan), hal ini bisa dicegah dengan komitmen seorang hamba untuk tidak menggerakkan kaki dan tangannya kecuali untuk perbuatan yang bisa diharapkan mendatangkan pahala-Nya, bila ternyata langkah kaki dan gerakan tangannya itu tidak akan menambah pahala, maka mengurungkan langkah tersebut tentu lebih baik baginya. Dan sebenarnya bisa saja seseorang memperoleh pahala dari setiap perbuatan mubah yamg dilakukannya dengan cara meniatkannya untuk Allah SWT, dengan demikian maka Insya Allah seluruh langkahnya akan bernilai ibadah. Sesungguhnya Allah menyukai yang bersih dan suci.
Pada dasarnya tidak ada yang dapat kita lakukan pada seseorang yang telah meniatkan dirinya untuk melakukan maksiat, kita hanya bisa berharap bahwa ia mengurungkan niatnya dan berfikir untuk melakukan yang lebih baik dari pada melakukan maksiat. Dan kita harus terus berharap semoga diri kita diberikan hidayah oleh-Nya dan diberikan kebaikan - kebaikan darinya. Maha benar Allah dengan segala Firmannya.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh.
No comments:
Post a Comment